LuFenSio. Diberdayakan oleh Blogger.

RSS
Container Icon

Konsep teoritis utama pada teori Jean Piaget


Ø Inteligensi
Lingkungan dan organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang “cerdas”  antara keduanya juga pasti terus-menerus berubah . Menurut Piaget, intelegensi adalah bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Teori Piaget sering disebut sebagai genetic epistemology ( epistemologi genetik ) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual.
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller)
Dua  hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
a.      seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.

b.      lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembanga struktural.
2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.

Ø Skemata
istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah istilah penting yang amat penting dalam teori piaget. Suatu skemata dapat dianggap sebagai eleman dalam struktur kognitif organisme. Skema yang ada dalam organisme akan menentukan bagaimana ia akan merespon lingkungan fisik. Skemata dapat muncul dalam bentukperilaku yang jelas, seperti dalam kasus refleks memegang, atau dapat muncul secara tersamar. Manifestasi skema yang tidak jelas dapat disamakan dengan tindak berfikir.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Seorang anak dilahirkan dengan sedikit refleks yang terorganisir, seperti menyedot, melihat, menggapai, dan memegang. Alih-alih mendiskusikan kejadian individual dari refleks ini, Piaget lebih memilih berbicara tentang potensi umum untuk melakukan hal-hal seperti menghisap, menatap, menggapai, atau memegang. Potensi untuk bertindak dengan cara tertentu ini disebut dengan schema (skema=tunggal, skemata=jamak).
Misalnya, skema memegang adalah kemampuan umum untuk memegang sesuatu. Skema lebih dari sekedar manifestasi refleks memegang saja. Skema memegang dapat dianggap sebagai struktur kognitif yang membuat semua tindakan memegang bisa dimungkinkan.
Ketika setiap tindakan memegang tertentu akan diamati atau dideskripsikan, maka seseorang mesti berbicara dalam term respon spesifik terhadap stimuli spesifik. Aspek manifestasi partikular dari skema ini dinamakan content (isi). Jelas, cara anak menghadapi lingkungannya akan berubah-ubah seiringnya dengan pertumbuhan si anak. Agar terjadi interaksi organisme-lingkungan, skemata yang tersedia untuk anak harus berubah.

Ø Asimilasi dan Akomodasi
Jumlah skemata yang tersedia untuk organisme pada waktu tertentu menrupakan cognitive structu (struktur kognitif) organisme tersebut. Proses merespon lingkungan sesuai dengan srtuktur kognitif seseorang disebut denga Assilimation (asimilasi), yakni jenis pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Struktur kognitif yang eksis pada momen tertentu akan dapat diasimilasikan oleh orgamisme.
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
Misalnya, jika skema menghisap, menatap, menggapai, dan memegang sudah tersedia bagi si anak, maka segala sesuatu yang dialami anak akan diasimilasikan ke skemata itu. Saat struktur kognitif berubah, maka anak mungkin bisa mengasimilasikan aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan fisik.
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Asimilasi dan akomodasi disebut sebagai functional invariants (invarian fungsional) karena mereka terjadi di semua level perkembangan intelektual. Tetapi jelas, bahwa pengalaman sebelumnya cenderung melibatkan lebih banyak akomodasi ketimbang pengalaman yang kemudian karena semakin banyak hal-hal yang dialami akan berhubungan dengan struktur kognitif yang ada, dan membuat akomodasi subtansial makin tak diperlukan saat individu bertambah dewasa.

Ø Ekuilibrasi
                Ekuilibrasi secara sederhana didefinisikan sebagai dorongan terus-menerus ke arah keseimbangan atau Ekuilibrium         Yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi . Dalam proses adaptasi dengan lingkungan individu berusaha mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Yaitu keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi. Seandainya hanya asimilasi secara kontinu maka yang bersangkutan hanya akan memiliki beberapa skemata global dan ia tidak mampu melihat perbedaan antara berbagai hal. Sebaliknya jika hanya akomodasi saja secara kontinu, maka hanya memiliki skemata kecil-kecil saja dan mereka tidak memiliki skemata yang umum. Dan tidak akan mampu melihat persamaan antara berbagai hal. Dengan keseimbangan ini maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain terjadi keseimbangan antara faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang sudah dimiliki dengan informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Proses ketiakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pembelajar dan ia akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hierarki. Seseorang harus melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat.Kemampuan bayi melalui tahapan ini bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian struktur berpikir.Tahapan ini secara kualitatif berbeda pada setiap individu.Demikian pula, pemikiran seorang anak berbeda pada setiap tahap.Desmita mengutip dari Mussen (1969) mengatakan bahwa Piaget tidak menegaskan batasan umur dalam masing-masing tahap.Batasan umur tersebut diberikan oleh Ginsburg dan Opper. Piaget berasumsi bahwa semua organisme punya tendensi bawaan untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan lingkungannya (Hergenhanhn dan Olson, 2008, hal. 316). Jika lingkungan yang ditemui oleh seseorang berubah maka akan terjadi ketidakseimbangan antara struktur kognitifnya dengan lingkungan tersebut. Namun karena adanya tendensi bawaan seperti yang diasumsikan oleh Piaget tersebut maka seseorang akan melakukan akomodasi sehingga tercapai keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan lingkungannya.
Tendesi bawaan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang optimal dengan lingkungannya itu dinamakan ekuilibrasi. Konsep ekuilibrasi ini sejajar dengan konsep hedonisme Freud atau konsep aktualisasi diri Maslow dan Jung.
Ekuilibrium menunjuk pada relasi antara individu dan sekelilingnya, terutama sekali pada relasi antara struktur kognitif individu dan struktur sekelilingnya. Di sini ada keadaan seimbang bila individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya untuk mengadakan asimilasi dan juga tidak harus mengubah dirinya untuk mengadakan akomodasi dengan hal-hal yang baru.


Ø Interiorisasi
            Interiorisasi merupakan penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif. Hal ini berjalan sesuai dengan tahap perkembangan dimana pada awalnya anak akan sangat mengandalkan lingkungan untuk memahami dunia dan sampai pada akhirnya, individu akan lebih menggunakan konsep-konsep yang abstrak.
Apabila struktur kognitif makin luas, anak- anak mampu merespons situasi yang lebih kompleks. Mereka juga tidak terlalu bergantung pada situasi sekarang. Misalnya, mereka mampu ”memikirkan” obyek yang sebelumnya tidak mampu mereka pikirkan. Apa yang kini dialami anak adalah fungsi dari lingkungan fisik dan struktur kognitifnya, yang merefleksikan akumulasi pengalaman sebelumnya.
            Misalnya Respon awal bayi terhadap lingkungan melibatkan skemata bawaan. Karena adanya akomodasi maka secara perlahan struktur kognitif bayi akan bertambah. Dengan bertambahnya struktur kognitif maka kemudian seseorang akan mampu merespon situasi yang lebih kompleks. Semakin berkembang struktur kognitifnya maka semakin mudah seseorang untuk merespon lingkungannya. Mereka tidak lagi bergantung pada hal-hal yang berkaitan dengan situasi sekarang. Mereka mampu memikirkan sesuatu yang tidak hadir saat ini. Meningkatnya struktur kognitif dan menurunnya ketergantungan seseorang terhadap lingkungan fisiknya ini dinamakan interiorisasi.
            Pada awalnya adaptasi bayi terhadap lingkungannya biasanya jelas kelihatan, langsung tanpa pemikiran. Semakin bertambahnya usia dan pengalaman maka semakin banyak ia melakukan interiorisasi sehingga adaptasi seseorang menjadi tidak tampak. Mereka lebih banyak melibatkan tindakan internal daripada eksternal. Seseorang yang diberi kertas tidak akan lagi langsung memasukan kertas tersebut ke mulutnya namun secara mental dapat memikirkan apa yang terbaik untuk dilakukan terhadap kertas tersebut. Piaget menyebut proses berfikir terebut sebagai operasi. Jadi, Interiorisasi adalah proses dengannya tindakan adaptif menjadi makin tersamar. Dalam kenyataannya, operasi dapat dianggap sebagai tindakan interiorisasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar