BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Rasa takut memang
wajar dialami. Namun jika rasa takut sudah mengarah pada rasa fobia, ini pasti
menyiksa, malah bisa juga memengaruhi pertumbuhannya. Sebenarnya, seseorang wajar
saja jika alami ketakutan. Tetapi apabila seseorang sudah dikategorikan ke
dalam bahasan fobia, maka takut yang seperti itu bukanlah takut yang wajar dan
normal
Fobia terbagi menjadi dua macam, ada fobia rasional atau fobia yang masih
bisa dimaklumi seperti fobia pada ketinggian karena anak takut jatuh. Ada juga
fobia irasional, seperti takut pada buku atau air.
Sementara fobia adalah ketakutan irasional yang sangat terhadap suatu objek
tertentu, keadaan, ataupun situasi dan secara sadar berusaha untuk menghindari
hal-hal tersebut karena menimbulkan penderitaan yang sangat apabila
menghadapinya.
Fobia ini bisa dikatakan sebagai suatu penyakit dan merupakan salah satu
subtype dari gangguan kecemasan menurut manual diagnosis gangguan jiwa psikiater
Amerika yang keempat (DSM-IV).
Saat mengalami fobia, maka reaksi yang dilakukan umumnya adalah terlihat
lewat rengekan, tangisan, jeritan, dan menjadi gemetaran karena terlalu takut.
Orang yang mengalami fobia juga menjadi berkeringat, muka ketakutan dan
bersembunyi di suatu tempat yang menurutnya aman untuk bersembunyi. . Perasaan
ini akan menyiksa si penderita fobia, yang bisa saja mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Setiap kali seseorang yang mengalami fobia berinteraksi dengan sumber
fobianya, maka secara otomatis dia akan merasa cemas. Kecemasan yang tidak
diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang
secara terus-menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respons
negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek- subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin
meningkat.
Penyebab munculnya fobia pun beragam, bahkan bisa berasal dari hal sepele.
Misalnya saja fobia pada anak bisa muncul karena ditularkan oleh orangtuanya.
Karena takut pada sesuatu atau kondisi tertentu, tanpa sadar orang tua akan
melarang anak dengan cara menakut-nakutinya. Anak pun bisa jadi memiliki
imajinasi berlebih akan hal-hal yang ditakuti oleh orangtuanya tersebut
1.2.RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan fobia ?
b. Apa macam-macam fobia?
c. Apa sajakah jenis-jenis fobia?
d. Apakah faktor penyebab fobia?
e. Bagaimana cara mengatasi fobia?
1.3.TUJUAN
a.
Mengetahui
apa arti dari fobia
b.
Mengetahui
macam-macam fobia yang ada
c.
Lebih
mengetahui berbagai jenis fobia
d.
Dapat
mempelajari faktor penyebab terjadinya fobia
e.
Dapat
mempelajari bagaimana mengatasi atau menyembuhkan fobia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.DEFINISI
PERILAKU FOBIA
Fobia adalah rasa
ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya.
Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti.
Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman
sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan
seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara
seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa
lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak
atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut
menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun
menakutkan.
Menurut James Drever (1988)
fobia dapat diartikan sebagai “Ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang
tidak dapat dikendalikan, yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu
diobati”. Pendapat lain disebutkan fobia sebagai “Rasa takut terhadap hal-hal
yang dianggap mengancam”. Misalnya, rasa takut pada tempat-tempat yang tinggi.
Supratiknya (1995)
menjelaskan fobia sebagai “Perasaan takut yang
bersifat menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya
tidak menimbulkan ancaman nyata bagi yang bersangkutan atau yang bahayanya
terlalu dibesar-besarkan.
Dalam keadaan
normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi
bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi.
Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang
disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan
perasaan takutnya.
Penyebab lain
terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim
seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya. Seseorang yang pertumbuhan
mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks)
dikemudian harinya.
Hal tersebut dikarenakan
orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat.
Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis
akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan
cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi
negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi).
Pola respon
negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan
intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, "pola"
respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu
sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak
produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Fobia pada umumnya memiliki beberapa sifat
khusus, yakni :
1. Perasaan takutnya
mengganggu kegiatan sehari-hari si penderita. Misalnya, seorang pemuda harus
kehilangan pekerjaannya sebagai perawat karena takut melihat darah.
2. Biasanya disertai
dengan gejala-gejala seperti pusing-pusing, sakit punggung, sakit perut dan
sebagainya.
3. Kadang-kadang
disertai kesulitan membuat keputusan. Gejala ini disebut desidofobio atau takut
membuat keputusan.
2.2.FOBIA BISA
DIGOLONGKAN MENJADI DUA MACAM, YAITU:
- Fobia Spesifik
Fobia jenis ini merupakan jenis fobia yang sering terjadi. Contoh dari
fobia ini misalnya takut pada binatang, takut pada ketinggian dan sebagainya.
Penderita fobia spesifik biasanya mengatasi ketakutannya dengan cara
menghindari benda atau keadaan yang membuatnya takut.
2.
Fobia Sosial
Fobia jenis ini biasanya si penderita akan mengalami kecemasan yang
berlebihan jika berhadapan dengan situasi sosial atau menghadapinya dengan
penuh tekanan.
Keadaan yang sering memicu terjadinya kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
a. Berbicara di depan umum
b. Tampil di depan umum
c. Makan di depan orang lain.
d. dsb.
Keadaan yang sering memicu terjadinya kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
a. Berbicara di depan umum
b. Tampil di depan umum
c. Makan di depan orang lain.
d. dsb.
Jenis fobia
sosial yang lebih umum ditandai dengan kecemasan pada situasi sosial. penderita
fobia sosial menyeluruh biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan
yang diharapkan, mereka akan merasa terhina atau dipermalukan.
2.3.JENIS FOBIA DIBAGI MENJADI 2 MACAM:
FOBIA RASIONAL atau fobia yang masih bisa dimaklumi seperti fobia pada ketinggian karena
anak takut jatuh.
FOBIA IRASIONAL atau fobia yang tidak dapat dimaklumi
karena terlalu takut pada hal-hal yang sangat sepele. seperti takut pada buku atau air.
Jenis Fobia
¯
Achluophobia - takut
akan kegelapan
¯
Acrophobia - takut
akan ketinggian
¯
Aeroacrophobia - takut
akan ruang terbuka di ketinggian
¯
Aichmophobia - takut
akan jarum atau benda runcing
¯
Alektorophobia - takut
akan ayam
¯
Altophobia - takut
akan ketinggian
¯
Apiphobia - takut
lebah
¯
Arsonphobia - takut
api
¯
Aviophobia or
Aviatophobia - takut terbang
¯
Catoptrophobia - takut
cermin
¯
Cleithrophobia or
Cleisiophobia - takut terkunci di ruang tertutup
¯
Heliophobia - takut
pada matahari
¯
Hypsiphobia - takut
akan ketinggian
¯
Lygophobia - takut
akan kegelapan
2.4.FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA FOBIA:
·
DARI DIRI SENDIRI
Penyebab fobia paling banyak adalah peristiwa traumatis, terutama
yang terjadi di masa kecil. Pada masa kecil pikiran logis kita belum berkembang
baik, jadi banyak kejadian yang kita tanggapi secara emosional, sampai
menimbulkan trauma dan kemudian muncul sebagai fobia.
a) Pikiran negatif
yang berlebihan yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal. Misalnya takut
terhadap ketinggian
b) Merasa bahwa
sesuatu hal yang ditakuti, berbahaya bagi dirinya
c) Memiliki pengalaman buruk dalam hidupnya, yang
berhubungan dengan hal yang ditakutinya
·
DARI LINGKUNGAN
Faktor lingkungan
yang tidak membentuk mental seseorang dengan baik. Misalnya sering
ditakut-takuti terhadap sesuatu hal oleh orang-orang sekitar
1) Budaya dan Keyakinan – Seperti di Jepang, Cina dan Korea, banyak
orang takut dengan angka 4 (tetraphobia). Sedangkan di Italia takut banyak
orang takut angka 17 yang dianggap sebagai angka sial. Banyak juga orang yang
takut pada angka 13 karena meyakini bahwa angka 13 adalah angka sial. Keyakinan
tentang angka-angka sial ini sudah membudaya dan diturunkan dari generasi ke
generasi.
2) Pola asuh yang keliru, misalnya terlalu melindungi, menyayangi,
melayani, akan mempengaruhi keberanian dan kemandiriannya. Nantinya, bila anak
jauh dari orang tuanya misalnya, itu akan mudah membuat anak merasa takut dan
cemas. Ketakutannya bisa karena dia merasa sendirian atau takut kalau-kalau ada
hal yang akan membahayakan menimpanya.
3) Permodelan dan Pengkondisian. Anak-anak rentan “tertular” fobia
apabila pernah menyaksikan seseorang fobia terhadap sesuatu, atau karena
ditakut-takuti oleh orang-orang disekitarnya. Misalnya orang tua yang selalu
menakut-nakuti anak
2.5.Cara mengatasi fobia, yaitu :
Kebanyakan kasus fobia hanya
membutuhkan beberapa sesi sampai seseorang bebas dari fobia, bahkan tidak
jarang hanya dalam satu sesi saja.Satu-satunya cara mengatasi fobia adalah
dengan menemukan penyebabnya dan mengatasinya, dan dalam sekejap fobia akan menghilang.
Jika hanya mengatasi gejala bukan penyebabnya, maka usaha ini kana sia-sia.
Hipnoterapi menemukan penyebab seseorang fobia dan mengatasinya, oleh karena
itu hipnoterapi sangat efektif mengatasi fobia.
Fobia dapat disembuhkan walaupun memakan waktu. Cara
penyembuhan bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan terapi, seperti dengan
cara terapi perilaku. Namun yang penting, jelaskan kepada si pasien bahwa dia
harus mau dan berkomitmen untuk berubah atau sembuh. Selain itu, untuk
menyembuhkan, maka fobianya harus dikenali jelas oleh pasien dan adanya
alternatif mekanisme adaptasi terhadap perasaan takut dan atau cemas yang
ditimbulkan oleh kondisi fobianya.
Pasien yang mengalami fobia biasanya akan diterapi
perilaku dengan cara desensitisasi sistemik, yaitu pasien dihadapkan secara
bertahap kepada objek atau situasi yang membuatnya cemas atau ketakutan.
Situasi atau objek yang menimbulkan kecemasan ini digradasi tingkatannya dari
yang paling ringan membuat kecemasan sampai yang paling kuat membuat kecemasan.
Ada juga cara membayangkan situasi atau objek yang
membuat cemas. Cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan membanjiri (flooding)
pasien dengan kondisi yang membuatnya cemas atau takut sampai pasien tidak
mampu lagi merasakan ketakutan itu lagi karena telah melewati batas
toleransinya.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada
sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan
dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya.
Fobia ditandai
dengan kecemasan pada situasi sosial. penderita fobia sosial menyeluruh
biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka
akan merasa terhina atau dipermalukan.
3.2
SARAN
Diharapkan pasien dengan sepenuh hati
mau mengatasi fobia yang di alaminya sedini mungkin. Dimaksudkan agar fobia
tersebut tidak semakin berdampak negatif
pada kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
3.
Sobur,Alex.2003.Psikologi Umum.Pustaka setia:Bandung
0 komentar:
Posting Komentar