LuFenSio. Diberdayakan oleh Blogger.

RSS
Container Icon

Verbatim Teknik Self – Management



Verbatim masalah “Shopaholic” dengan menggunakan Teknik Self – Management
Konseli adalah salah satu mahasiswa  Universitas di Surabaya. Konseli adalah anak satu – satunya dikeluarganya sehingga apa saja yang diinginkannya pasti dia dapatkan. Orangtua konselipun sering memberikannya uang yang melimpah, walaupun begitu konseli tetap merasa kurang dengan uang yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Konseli ini memiliki kebiasaan berbelanja dan hamper setiap minggu dia akan menghabiskan uangnya untuk berbelanja. Dan terkadang apa yang dibelinya itu, barang yang tidak penting. Karena kebiasaannya tersebut, dia sering mengalami kesulitan untuk mengontrol keuangannya. Kemudian dia memutuskan untuk menemui konselor untuk mengatasi atau mengurangi kebiasaannya untuk berbelanja itu.

Konseli                   : “Assalamu’alaikum.wr.wb”
Konselor                : “Wa’alaikumsalam.wr.wb”
“Silahkan masuk…”
Konseli                   : “Iya bu…terima kasih”
Konselor                : “Ada yang bisa saya bantu mbak?”
Konseli                   : “Begini Bu…saya kesini ingin melakukan konseling dengan ibu.”
Konselor                : “Oww…begitu..”
“Kalau boleh tahu dengan mbak siapa ya?”
Konseli                   : “Nama saya Jesica Bu.”
Konselor                : “Mbak jesica Mahasiswa jurusan apa?”
Konseli                   : “Saya jurusan Musik Bu.”
Konselor                : “Semester Berapa?”
Konseli                   : “Sudah semester 5, Bu…”
Konselor                : “Sudah setengah perjalanan yam bah…hehehe”
Konseli                   : “Iya bu”
Konselor                : “Sebelumnya mbak jesica sudah pernah melakukan konseling?”
Konseli                   : “Dulu waktu SMA saya pernah melakukan, tapi konseling kelompok Bu.”
Konselor                : “Baiklah kalau begitu, tadi mbak Jesica bilang kalau mau melakukan konseling. Kalau boleh tau apa yang sedang mbak Jesica alami saat ini?”
Konseli                   : “Begini Bu….hmmm….tapi….” (ragu – ragu)
Konselor                : “Mungkin mbak Jesica masih ragu untuk mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Mbak jesica tidak perlu takut karena yang kita bicarakan nanti bersifat rahasia. Jadi Cuma mbak jesica dan saya saja yang mengetahuinya.”
Konseli                   : “Iya Bu…”
“Begini bu…saya mempunyai masalah tidak bisa mengatur keuangan saya bu. Mungkin karena kebiasaan saya dari kecil, apa saja yang saya inginkan pasti saya akan mendapatkannya walaupun barang tersebut tidak penting. Dan sekarang setiap saya pergi jalan – jalan atau pergi ke Mall pasti akan menghabiskan banyak uang untuk membeli sesuatu yang tidak penting. Sekarang saya sangat merasakan dampaknya Bu, setiap uang yang diberikan oleh orangtua saya pasti habis diawal bulan padahal kedua orangtua saya memberikan uang bulanan juga lumayan banyak. Saya binggung dengan keadaan saya bu.”
Konselor                : “Berapa besar uang yang biasanya mbak Jesica keluarga setiap jalan – jalan?”
Konseli                   : “Akhir – akhir ini setiap keluar saya belanja habis sekitar 1.000.000, dan itu setiap keluar Bu. Saya sudah berusaha tidak membawa uang Cash tapi saya pasti menggunakan atm untuk membeli barang tersebut Bu. Dan itu membuat pengeluaran saya semakin membengkak.”
Konselor                : “Jadi pada intinya mbak Jesica ini mempunyai kebiasaan belanja yang tidak terkontrol sehingga pengeluaran mbak Jesica menjadi membengkak.”
Konseli                   : “Iya Bu. Dan hal tersebut sangat menyiksa saya Bu. Karena setiap saya akan menghentikannya saya tidak bisa. Teman – teman saya juga sudah mengingatkan saya, tapi saat berbelanja saya seakan kalap bu. Apalagi kalau ada diskon Bu, tanpa berfikir lagi saya pasti akan belanja banyak sekali, tidak terkontrol Bu”
Konselor                : “Baiklah…dari apa yang sudah mbak Jesica ungkapkan kepada Ibu, Ibu bisa menyimpulka bahwa mbak Jesica ini kurang bisa mengelola diri dalam hal mengatur keuangan sehingga pengeluaran mbak Jesica sekarang sangat membengkak.”
Konseli                   : “Iya Bu…”
Konselor                : “Apakah orang tua mbak Jesica mengetahui tentang hal ini?”
Konseli                   : “Tidak Bu. Selama ini orang tua saja tidak tahu. Semua barang – barang yang saya beli, saya letakan dikos Bu. Tidak pernah saya bawa pulang.”
Konselor                : “Baiklah kalau begitu. Hmmm….kita akhiri pertemuan kita kali ini. Kira – kira mbak Jesica bisa bertemu lagi kapan?”
Konseli                   : “Satu minggu lagi saya bisa Bu.”
Konselor                : “Baiklah…sampai jumpa satu minggu lagi ya mbak Jesica. Dan tolong selama satu minggu kedepan catat apa saja yang mbak Jesica beli dalam satu minggu itu.”
Konseli                   : “Baiklah Bu. Saya akan melakukannya. Terimakasih atas waktunya Bu.”
Konselor                : “Iya mbak…Sama – sama”
Konseli                   : “Assalamu’alaikum”
Konselor                : “Wa’alaikumsalam.”

1 minggu kemudian
Konseli                   : “Assalamu’alaikum.wr.wb”
Konselor                : “Wa’alaikumsalam.wr.wb”
“Silahkan masuk…”
Konseli                   : “Iya bu…terima kasih”
“Ini daftar belanja saya dalam satu minggu ini Bu.” (menyerahkan daftar)
Konselor                : “Iya mbak…Ibu baca dulu mbak.”
“Dari daftar ini menunjukkan dalam satu minggu mbak Jesica sudah menghabisakan lebih dari Rp.1.500.000. untuk membeli sepatu, baju, aksesoris. Hmmm….menurut mbak Jesica, apa yang seharuanya mbak Jesica lakukan?”
Konseli                   : “Saya seharusnya merubah kebiasaan saya Bu. Saya harus hemat. Saya sudah mencobanya berulang kali Bu. Tapi saya selalu tidak bisa menahan hasrat untuk membeli barang – barang yang ada dihadapan saya Bu. Saya ingin sekali menghentikan memakai ATM jadi saat tidak ada uang didompet saya tidak meggunakan ATM bu.”
Konselor                : “Ide yang bagus itu. Mbak Jesica bisa menghentikan dahulu penggunaan ATM untuk mengurangi kebiasaan belanja mbak Jesica.”
Konseli                   : “Tapi saya tidak yakin bisa menghentikannya Bu.”
Konselor                : “Saya yakin mbak Jesica bisa melakukannya kali ini. Nah sekarang bagaimana kalau kita membuat kontrak?”
Konseli                   : “Kontrak?”
Konselor                : “Iya kontrak. Agar mbak Jesica menaati apa yang nanti menjadi kontrak kita. Seperti ini, dalam satu bulan ini saya harus mengeluarkan uang tidak lebih dari 500.000 jika saya melanggarnya saya akan mendapatkan hukuman dan jika saya bisa melakukannya saya berhak mendapatkan hadiah. Apakah mbak Jesica sampai disini mengerti?”
Konseli                   : “Iya Bu, saya mengerti.”
Konselor                : “Baiklah…silahkan mbak Jesica memikirkan berapa jumlah uang yang seharusnya mbak Jesica keluarkan dala satu bulan kedepan.”
Konseli                   : “Iya Bu. Hmmm….(tampak berfikir)…baiklah Bu, dalam satu bulan kedepan saya harus bisa hanya mengeluarkan uang tidak lebih dari 700.000, saya tidak akan belanja barang – barang yang tidak penting. Dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan kuliah. Dan saya untuk sementara tidak akan menggunakan ATM”
Konselor                : “Hmm…menurut Ibu uang 700.000 sudah bisa mencukupi kebutuhan mbak Jesica dalam satu bulan untuk mengerjakan tugas, uang makan, dan kebutuhan yang lain tanpa berbelanja yang berlebihan. Nah sekarang kita tentukan konsekuensi apa yang akan mbak Jesica terima, jika mbak Jesica melanggarnya.”
Konseli                   : “Hmm…ya…ya…(mengangguk tanda mengerti)..”
“Jika saya mengeluarkan uang lebih dari 700.000 dalam satu bulan kedepan, pada bulan depannya saya akan mengurangi jatah bulanan saya menjadi 350.000. dan jika saya menggunakan ATM saat belanja maka saya akan membayar denda sebesar 50.000. Jika saya berhasil melaksanakannya dan saya tidak kembali untuk melakukan belanja berlebihan maka  saya berhak untuk liburan keluar negri saat liburan.”
Konselor                : “Tadi mbak Jesica sudah menentukan apa hukuman dan hadiah yang sesuai untuk kontrak kali ini. Tolong mbak Jesica tuliskan diselembar kertas sebagai tanda bukti fisik kontrak kita.”
Konseli                   : “Iya Bu.” (menulis diselembar kertas)
Konselor                : “Ibu yakin mbak Jesica bisa melakukannya dengan baik. Dan mbak jesica jujur dengan apa yang telah mbak jesica lakukan.”
Konseli                   : “Iya bu. Saya akan berusaha untuk melakukannya dengan baik.”
Konselor                : “Untuk satu bulan lagi kita akan bertemu lagi untuk melakukan evaluasi kegiatan, agar ibu tahu apakah mbak Jesica benar – benar melakukannya dengan baik atau tidak. Dan agar treatment ini berjalan dengan lancer Ibu akan menginformasikan hal ini kepada orangtua mbak jesica sehingga beliau bisa memantau pengeluaran mbak Jesica.”
Konseli                   : “Baiklah bu…saya juga akan meminta bantuan teman – teman saya, agar mereka menginggatkan saya tidak berbelanja berlebihan lagi. Terimakasih atas bantuannya Bu.”
Konselor                : “Iya mbak…sama – sama.”
Konseli                   : “Kalau begitu saya pamit dulu Bu. Nanti kalau ada apa – apa saya akan kesini lagi Bu.”
Konselor                : “Iya mbak Jesica, tidak usah sungkan untuk kesini lagi ya…tetap semangat ya…”
Konseli                   : “Iya Bu…Assalamu’alaikum”
Konselor                : “Wa’alaikum salam.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar