Konseling
Kelompok dengan Menggunakan
“PENDEKATAN
EKSISTENSIAL”
Bentuk
Layanan : Konseling Kelompok
Penyelenggara
:
Feni Etika Rahmawati (Konselor)
Sasaran
(Anggota) : Siswa kelas XI – IPS 1
Pertemuan :1
Lingkup Pembicaraan :
1.
Sifat Topik :
Topik tugas
2.
Topik yang
dibahas : penyelesaian
masalah dampak dari perasaan terkucilkan.
3.
Alasan Pemilihan
Topik : Karena ada informasi dari
beberapa sumber dan dari wawancara yang dilakukan oleh konselor bahwa ada
beberapa siswa SMA kelas XI – IPS 1 yang mengalami masalah yaitu
merasa dikucilkan oleh teman - temannya.
Oleh karena itu konselor melakukan konseling kelompok untuk memberikan
bantuan dalam menyelesaikan masalahnya.
Isi bahasan
:
1.
Mengidentifikasi masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang sering dialami siswa;
2.
Mengidentifikasi
sebab-sebab masalah yang timbul;
3.
Memberi bantuan
bagaimana caranya mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan pendekatan eksistensial.
Lain-lain :
1.
Dalam tahap
pembentukan siswi melakukan ice breaking untuk mencairkan
suasana agar suasana menjadi lebih dekat, akrab, dan juga hangat;
2.
Dalam
pelaksanaannya menggunakan pendekatan
eksistensial Teknik Derefleksi.
SKENARIO KOnseling
KELOMPOK
Konseling
kelompok Eksistensial
1.
Kelompok
:
konseling Kelompok
2. Peserta : Siswa yang mengalami
masalah terkucilkan
3.
Pertemuan ke : 1
4.
Hari / tanggal
: Selasa,
13 november 2012
5.
Tempat : Ruang kelas
XI
6.
Pukul
: 09.00
WIB
7.
Tahap-tahap :
KONSELING KELOMPOK
Konseling Eksistensial Dengan Mengunakan Teknik Derefleksi
F.
Tahapan-tahapan Konseling Eksistensial dengan mengunakan teknik Derefleksi
Tahap-tahap : perkenalan, pengungkapan dan penjajakan
masalah, pembahasan bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta pengubahan sikap
dan perilaku. Setelah masa konseling berakhir masih dilanjutkan pemantauan atas
upaya perubahan perilaku dan klien dapat melakukan konseling lanjutan jika
diperlukan. Konseling Deferleksi
berorientasi pada masa depan (future
oriented) dan berorientasi pada kebermakna hidup (meaning oriented).
Ada empat tahap utama didalam proses konseling eksistensial
diantaranya adalah:
1.
Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali
dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang
makin lama makin membuka peluang untuk sebuah
keterbukaan. Inti sebuah
encounter adalah penghargaan kepada
sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak
jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah.
Pada tahap ini konselor
mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling
lain yang cenderung membiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam konseling ini konseli sejak awal
diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan. Dan untuk
membantu konseli menangani perasaan tidak bermakna.
3. Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan konseli
bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya
untuk menemukan arti kebermaknaan hidup.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi
atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu
perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi
sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan
pengurangan symptom.
SIMULASI KONSELING KELOMPOK
Konseling Eksistensial Dengan Mengunakan Teknik Derefleksi
SINOPSIS
Dewi siswi SMA kelas X1 IPS 1 adalah
anak ke tiga dari tiga bersaudara, Dewi adalah anak yang cantik, namun dalam
bersosialisasi Dewi mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman-temannya,
sehingga Dewi merasa terkucilkan. Karena selama ini Dewi jarang bergaul dan
berinteraksi dengan teman-temannya dan cenderung menyendiri di dalam kelas. Di
sekolah, Dewi sering bolos, nilai ulangan yang jelek, dan gurunya sering
memergoki dirinya tidur dan makan ditengah pelajaran sedang berlangsung. Karena
perilaku Dewi yang seperti itu, wali kelas mengadu kepada konselor sekolah.
Sehingga, konselor mengambil tindakan memanggilnya dalam konseling kelompok
SIMULASI
A. Tahap Awal
Konselor :”Assalamualaikum”
Siswa-siswa : “Waalaikumsalam”
Konselor : “Sebelumnya Ibu ucapkan terima kasih
kepada kalian semua yang bersedia
meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan kali ini.”
Siswa-siswa : “Iya Bu, (secara
serempak)”
Konselor : “Bagaimana kabar kalian?”
Siswa – siswa : “Alhamdulillah sehat Bu”
Konselor : “ Alhamdulillah kalau
begitu,Ibu senang dengan keikutsertaan kalian semua dalam
kegiatan kali ini. Baiklah agar kegiatan yang akan kita lakukan dapat berjalan
dengan lancar dan bermanfaat bagi kita semua maka alangkah baiknya jika kita
berdoa terlebih dahulu. Baiklah marilah
kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa
mulai !”
Siswa-siswa : “(Dalam
keheningan semua siswa berdoa dengan dipimpin oleh konselor)”
Konselor :
“Berdoa selesai”
(Konselor
dan semua siswa selesai berdoa)
Konselor : “Baiklah,
tujuan Ibu mengumpulkan kalian disini adalah untuk melakukan konseling
kelompok.”
Brilian : “konseling kelompok? apa itu Bu?”
Konselor : “Jadi
konseling kelompok disini diartikan sebagai salah satu layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada sejumlah orang atau siswa untuk mengatasi
masalahnya dalam suasana berkelompok, setiap anggota mengeksplorasi masalah
mereka masing-masing dan berusaha menyelesaikannya secara bersama-sama. Nah
dalam konseling kelompok yang akan kita lakukan, kita akan membahas salah satu
masalah siswa yang tentunya paling berat diantara yang lainya .”
Siswa-siswa : “Oh begitu ya Bu, (secara
serempak)”
Konselor : “ perlu anak-anak tahu
bahwasannya yang tahu masalah yang akan kita bahas nanti adalah hanya kalian
yang ada disini, orang lain selain kita tidak perlu tahu apa yang kita
bicarakan hari ini. Jadi
kalian tidak usah takut untuk mengeluarkan unek
– unek yang ada di hati kalian, karena disini kerahasiaan kita terjamin.”
Siswa
- siswa : “Ow…begitu ya Bu”
Konselor : “ Iya seperti itu, saat teman
kalian mengungkapkan perasaannya, kalian nanti
silahkan untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh teman kalian dengan aktif.
Bagaimana? Apa kalian
sampai disini sudah paham?”
Siswa-siswa : “ sudah Bu..”
2. Tahap Peralihan ± 10 menit
Setelah siswa jelas dengan cara
pelaksanaan konseling kelompok, konselor melakukan ice breaking
yakni meminta siswa untuk saling kenal, saling akrab. Hal ini dilakukan untuk
membuat Susana semakin akrab, menyenangkan dan lain-lain dengan
menggunakan permainan
Konselor : “Nah,
berhubung kalian tidak
satu kelas jadi kalian mungkin ada
saling mengenal satu sama lain kan?
Dan ada juga yang belum.”
Siswa-siswa : iya Bu...
Konselor : ”Anak-anak,
berdasarkan informasi dari guru dan wali kelas kalian, bahwa kalian
mengalami perasaan terkucilkan,.Kira-kira disini siapa yang mengalami masalah
yang harus diselesaikan terlebih dahulu coba ceritakan massing-masing masalah
kalian?
Siswa-siswa : “iya Bu (secara
serempak,)
II. Fase Inti
(Kegiatan) ± 25 menit
(Pada tahap ini siswa mulai mencaeritakan masing-masing masalah mereka. secara bergantian akhirnya dipilih massalah Dewi untuk diselesaikan terlebih dahulu).
Siswa-siswa : “kita selesaikan masalah Dewi dulu Bu”
Konselor : “ sekarang ceritakanlah
masalahmu Dewi”
Dewi : “iya Bu”
(Dewi menceritakan semua masalahnya)
Dewi : (Dewi menunduk
diam sambil menangis)
Konselor :
“Saya mengerti apa yang
kamu rasakan. Mungkin bukan hanya kamu saja yang merasa terkucilkan tetapi.” (konselor sambil menatap wajah Dewi)
Dewi : “Iya
bu…tapi saat saya berada dukelas itu rasanya saya kurang nyaman seakan itu
teman – teman menjauhi saya bu. Bukankah seperti itu saya dikucilkan bu sama
teman – teman saya di kelas?”
Fakiha :
“Mengapa kamu mesti
bolos sekolah, jika itu karena kamu merasa terkucilkan? Mengapa kamu tidak tunjukkan kepada teman
–temanmu bahwa kamu itu bisa seperti mereka?”
Brillian : “Iya Dewi…”
Dewi : “saya pikir tidak ada yang
mau mengerti saya. Kalian sibuk dengan diri kalian sendiri dan saya tidak mau
membebani kalian dengan masalah ku. saya memang bolos, saya tidak punya semangat
untuk belejar karena saya merasa tidak
diterima oleh teman – teman saya sekelas.”
Konselor : “Baiklah, jadi yang menyebabkan Dewi
sering bolos itu karena tidak ada semangat
untuk belajar karena merasa terkucilkan di kelas, seperti itu? Benar begitu? Bukankah Dewi
juga mempunyai prestasi yang bagus jika dikembangkan, kalau Dewi sering
membolos seperti ini prestasi Dewi jadi menurun.”
Ema : “Dewi maaf
sebelumnya, saya setuju apa yang diungkapkan oleh Bu Feni barusan, kamu ini
mempunyai kemampuan dan bakat yang bagus tapi karena kamu sering bolos seperti
ini kamu jadi tidak mengembangkan kemampuan yang ada di dirimu.”
Fakiha :
“iya Dewi, mungkin juga teman – teman kamu itu menjauhi atau mengucilkan kamu
itu karena kamu sering bolos, tidak mengerjakan tugas, dan sering tidur
dikelas.”
Dewi : “Iya saya mengerti bahwa selama ini saya melakukan hal
yang salah sampai – sampai saya harus membolos seperti itu, namun saya sesalkan
kenapa teman – teman berbuat seperti itu kepada saya”
Konselor : “Iya Ibu mengerti penyesalan yang Dewi rasakan. Apakah Dewi ada
rencana untuk menyelesaikan masalah ini seperti apa?.”
Dewi : “Em... saya juga bingung apa yang harus saya lakukan, Bu.”
Konselor :
“Apakah Dewi sudah pernah mengungkapkan
perasaan Dewi kepada teman-teman yang lain bahwa dewi itu merasa dikucilkan di
kelas?”
Dewi :
“Belum bu….”(sambil menggeleng)
Konselor :
“Lalu bagaimana dengan yang lain, apakah pernah mengungkapkan perasaannya
kepada teman – teman yang mengucilkan?”
Fakiha :
“Saya belum Bu…saya takut setelah saya mengungkapkan nanti saya semakin
dikucilkan oleh teman – teman.”
Ema :
“Begitu juga dengan saya bu…sebenarnya saya ingin mengungkapkan apa yang ada
dihati saya tapi saya takut akan menyinggung perasaan mereka dan dampaknya akan
semakin terkucilkan Bu.”
Brilian :
“Kalau saya juga belum pernah malahan tidak ada pemikiran untuk melakukannya
Bu.”
Konselor :
“Baiklah…jadi kalian belum mengungkapkannya ya? Begini bukankah jika kita
memendam perasaan kita yang sebenanrnya teman – teman tidak tahu bagaimana
perasaan kita sebenarnya tapi jika kita memberi tahu bahwa kita merasa
dikucilkan oleh mereka, mereka akan tahu bahwa kita merasa seperti itu. Dan
mungkin saja nanti juga kita mengetahui alasan – alasan mereka melakukan hal
seperti itu.”
Dewi :
“Iya juga sich Bu… tapi saya takut”
Konselor :
“Lalu bagaimana yang lain?’
Fakiha :
“Mungkin saya akan mencobanya bu. Biar saya tahu alasan mereka melakukan hal
itu kenapa”
Konselor :
“Baiklah Fakiha….Lalu bagaimana dengan Ema?”
Ema :
“Saya mungkin juga akan melakukannya Bu, biar jelas duduk perkaranya kenapa
saya dikucilkan”
Konselor :
“Brilian?”
Brilian :
“Setelah saya pikir – pikir, sepertinya saya juga perlu melakukannya Bu”
Konselor :
“Nah sepertinya kalian sudah menyadari, jika kita mengungkapkan perasaan kita,
kita akan tahu mengapa mereka mengucilkan kita atau bahkan kita juga mengetahui
kita memang dikucilkan atau hanya perasaan kita saja. Dan yakinlah bahwa kita
itu bukanlah orang yang tidak berarti, tapi kita ini juga berarti bagi mereka
semua.”
Siswa – siswa : “Iya Bu,,,”(Serempak)
Konselor : Akhirnya semua sudah menyadari bahwa kita semua itu bermakna,
mudah-mudahan dengan pertemuan ini kita
bisa menemukan makna hidup ini.
III. Fase Penutup ± 5 menit
(Setelah semua siswa sadar, Masing-masing
siswa menyampaikan pendapat dan ada yang menanggapi pendapat dari siswa lain.
Setelah semua kegiatan dalam konseling kelompok
selesai dilaksanakan, konselor memberi tahu pada siswa bahwa konseling kelompok akan
segera berakhir, selanjutnya konselor menyampaikan ucapan terima kasih atas
partisipasi siswa-siswa telah mengikuti konseling kelompok ini
sampai selesai. Pengakhiran kegiatan ditutup dengan doa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Selanjutnya konselor mengucapkan salam dan semua
siswa kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya ).
Konselor : ”Dari kegiatan
konseling
kelompok yang sudah kita lakukan, Ibu mau
bertanya apa yang kalian dapatkan dari kegiatan konseling tadi? Coba
menurut kamu Brilian?
Brilian : ”Setelah saya mengikuti konseling kelompok ini, saya menjadi
lebih tegar dan menyadari bahwa mungkin
teman – teman saya sebenarnya juga perhatian kepada saya namun dengan cara yang
berbeda.”.
Konselor :
”Bagaimana kalau kamu Ema?”
Ema : ”Kalau saya bisa lebih jelas akan melakukan apa setelah ini untuk menyelesaikan permasalahan
yang sedang saya alami saat ini bu. Dan saya juga mempunyai keberanian untuk
menghadapinya”
Konselor :
”Bagaimana kamu Fakiha?”
Fakiha : ”Sama seperti yang dikatakan teman-teman Bu, saya juga ingin cepat menyelesaikan
masalah saya, dan setelah saya mengikuti kegiatan ini saya mengetahui bagaimana
sebaiknya saya menghadapi ini semua.”
Konselor : ”Bagaimana
menurut kamu Dewi?”
Dewi : ”Sama pak seperti Brilian, Ema, dan Fakiha, saya jadi lebih tahu
bagaimana menanggapi masalah yang sedang saya alami.”
Konselor : ”Tampaknya kalian sudah bisa menyadari tentang masalah kalian dan mengambil
keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kalian alami, Mudah mudahan kegiatan kita ini dapat bermanfaat bagi kita
semua”.
Siswa-siswa : ”Terima kasih Bu”
Konselor :
“Terima kasih Ibu ucapkan pada kalian yang sudah bersedia mengikuti konseling
kelompok ini sampai selesai. Lain waktu kita bisa melakukan konseling
kelompok lagi tentunya atas kesediaan kalian semua. Alangkah lebih baiknya jika
kita menutup kegiatan ini dengan doa agar apa yang sudah kita lakukan dalam
kegiatan ini dapat bermanfaat. Dan jika ada keluh kesah yang ingin kalian sampaikan
suatu hari nanti, bisa menemui IBu kapan saja. Baiklah anak-anak mari kita
berdoa, berdoa mulai!”
(Semua
siswa dan konselor berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing)
Konselor :
“Berdoa selesai, akhirnya ibu akhiri kegiatan ini.”
“ Wassalamualaikum Wr. Wb.”
Siswa-siswa : “Wa’alaikumsalam wr. wb (serempak kemudian semua konseli
meninggalkan ruang bimbingan dan konseling sambil berpamitan pada konselor)
EVALUASI
Laijapen
dan Laijapan.
Memantau perkembangan siswa dalam ranah tingkah lakunya
0 komentar:
Posting Komentar